Senin, 11 November 2013

* Sebaiknya Kita Kembali


   
Semua orang pasti bisa memberikan yang terbaik dari sekedar impian, tak ada kata menyerah, sekali layar terkembang pantang mundur ke belakang.

Lagu sendu sudah berlalu tak ada kata bijak yang bisa kita simak, makna apa yang sebenarnya kita cari, hanya penggalan bait demi bait tak beraturan cukup memberikan sebuah kejutan. Mencoba memberikan pembelajaran kepada semua orang yang mampu, mereka semua merasa jenuh tak bisa tersentak melalui semua ini, bahkan mereka menyebut ini hanya akal-akalan, mengadu strategi didalam kata.

Bahkan mereka ada juga yang takjub melihat sebuah keindahan yang bersentuhan dengan hati mereka. Hati itu seoalah senang dengan seluruh penggambaran, tetapi mereka kembali meratap. Sama sekali tidak ada pembenaran tentang diri mereka disini, ini hanyalah sebuah catatan hitam, dan tulisan dinding yang dikumpulkan melalui guratan abstrak, semua ingatan yang bisa diproyeksikan melalui korsa.

Sudah banyak kita menyaksikan sebuah ketakjuban, tetapi kita tak pernah menyadari dari kelebihan itu, ketika kita terjatuh hanya keluhan yang mampu terucap dan harapan akan pembebasan mengenai itu, tetapi waktu selalu bertindak diluar nalar, mereka tak bisa kita hentikan selalu bergerak sedetik tetapi itu pasti.

Tunggulah aku disebrang sana dimana istana indah berkota merah, hijau dan biru terus menyala, sekarang aku akan kembali kepada diriku sendiri dan membiarkan benalu-benalu itu menggerogoti pemikiran ini. Aku akan kembali terlunta masuk kedalam medan sukma, semua kata pengkristalan tersebut sudah mulai mencair ia meleleh karena tak ada sedikitpun upaya pendinginan hati. 

Ingat kita sekarang tidak membicarkan mengenai keindahan, karena mereka hanyalah halusinasi yang menuturkan kita pada kenyataan, kita lemah karena kita tak mampu untuk berjuang. Kita kalah karena kita tak berharap akan menang. Semua akan kembali pada dasarnya, dimana hanya seonggok tubuh yang berselimut tulang, mana ada indah yang engkau lihat ketika diperlihatkan kebusukan dibalik kenyataan.  

Amarah itu seakan proklamasi sebuah kemerdekaan, tetapi mereka bingung untuk menutun kepada siapa mereka bersandar, geloranya tetap mengguncang meskipun tanpa ekpresi, matamu mataku bisa menyaksikan itu meskipun hanya sekedar pertilasan.

Kebungkaman itu yang sangat aku benci, seolah fitnah yang menjalar kedalam tubuh, mereka menusuk nusuk tubuh seperti kawat perdukunan yang dimantrai. Jangan sekali lagi kau bicara, hati itu terlalu busuk untuk aku dekati, sindur nanah hijau yang kental aku lihat, kau telah terlalu banyak bermain dengan dusta.

Kenapa mereka selalu membantu karena mereka memang berharap menjadi batu, gejala hati dan empedu yang membatu akan berdampak negatif terhadap organ mereka, biarkan saja mereka seperti itu, karena batu sangat sulit untuk disusun bila sudah pecah, kita akan membuat benteng yang kokoh berdasarkan batu-batu itu.

Mereka akan melemah seperti sindur itu, mengental hijau maupun membiru, hanya cacing tanah yang akan menjadi teman-temannya, bergelantungan diatas mata mereka, memperlihatkan kebodohan-kebodohan mereka, sehingga bibir itu dikoyak cacing seperti membelah lambung ayam mengunakan kayu.

Waktu itu kan menjawab, semua respek balik yang sudah dilakukan, ada kalanya si waktu membalas telak dengan kecurigaan, kadang kala dia juga membalas ketika mimpi indah itu sedang berlangsung diputar, dia juga sering kali membalas terakhir ketika semua lapangan sudah mulai sepi dari pengunjung.

Berkali-kali sudah disampaikan para sesepuh sudah berulang kali memperingati, dan alam juga sudah memberikan gambaran. Karena semua memori itu sudah direkam, tak ada satu pun yang akan bungkam karena semua dapat berbicara berdasarkan memori yang disimpan, kaset-kaset itu akan kembali diputar sebagaimana komedian didalam televisi memainkan peran berulang-ulangh kali.

Jangan sampai lengah, kejadian itu pasti akan datang, mereka berderu dengan mengeluarakan suara yang besar, mereka juga akan menanyakan keberadaan sesuatu yang sudah engkau sembunyikan. Tak pelak kemarahan mereka memuncak karena mereka memang diperintahkan untuk mencabut seluruh kesalahan.

Hanya orang bodoh yang menyatakan kejadian ini sesungguhnya hanyalah kutukan dan tidak ada kehendak yang berasal dari asalnya, segala sesuatu sudah sesuai dengan ketetapanya. Mereka memiliki kadar-kadar yang akan dipintai jawabanya.    

Banyak hati-hati itu yang terluka mereka hanya dikenalkan pada sebuah kebencian tidak sedikit dari mereka yang meratap ketika kembali ke hitam malam.

mereka terlalu jujur untuk dibohongi meskipun mereka tidak pernah mengakui hanya badut-badut tua seolah bergembira menekuk lutut tanda si pembawa sial bila pepatah bijak tak mampu lagi diserap badut tua hanya bisa merengek karena ditinggalkan kita membutuhkan sebuah keterbukaan bukan pemikiran primitif yang terpaut peraturan cepat itu baik dan lamban itu baik hanya konperensi bodoh yang menyatakan berdiri
        
bila pertanda hijau daun pandan sudah mewangi Keyakinan perjuangan ini tak jua terhenti sedangkan harga itu sudah kita dapat hanya satu ingatan yang ada diantara kita, Tidak ada lagi kata tawar wenawar.

Begitu juga dengan sebuah kesenangan seperti melodi cinta yang menggebu, disaat pertama kali ia menunjukan eksitensi dan keberadaan hati, cahayanya sangat mujarab dan menghangatkan malam. Cuaca mendung pun tak jadi alansan untuk sekedar mengucapkan kata sayang, dan merindukan bait demi bait ulasan estotika yang lampau terulang.

Ruang semu itu seperti sangat nyata, ketika dua hati saling berpadu, mereka bercumbu bersenandung kerinduan malam, hati-hati ini terpaut dalam satu simpul asmarandana. Keceriaanya mengalahkan tangisan orang sebumi, berkembang pesat mejadi sesuatu yang tak terlupakan.

Meskipun benturan dan berbagai benalu mengrogoti hati, mereka masih terlihat sangat harmoni, sejalan dengan waktu dan perubahan keyakinan mereka akhirnya terbentur pada satu alasan tak tepat. Sehingga mereka harus kembali kepada, ungkapan kodok yang merindukan bulan.

“Sungguh sayang kodok yang dianggap binatang tersebut merupakan peri. Tak pelak kerasnya hati yang dulu pernah kupatahkan membenarkan kejadian dimasa depan. Bualan busuk yang kuanggap sampah itu ternyata bukan hanya sekedar ramalan, tetapi pemandangan kasih yang dia berikan membenarkan keyakinan hatinya yang terpendam,”

Kemana larinya asmarandana yang pernah bergelora, mimpinya sekarang sudah tak terbentuk, hanya sekedar guratan hitam membekas dan melubangi hati. Keyakinan penuh kepada sang pujangga hanya pengias bisu, keretakan demi keretakan dari kesempurnaan itu sudah tergenang, seperti kobangan lumpur yang berbau tajam.

“Keyakinan salah berasal dari penilaian yang salah juga, tak bisa kita menilai kerendahan seseorang dari sebuah cinta yang terpendam. Mereka memiliki keyakinan yang sungguh kuat untuk merubah dunia, bahkan keyakinan mereka mampu menyibak tabir mimpi dimasa depan,”

Berbagai simpoini itu mulai terlepas, mereka terkilir dan meretas semua yang ada. Ternyata cinta itu sebuah kebohongan, mereka hanya memberikan sebuah kesenagan dan kehangatan disaat kita hanya saling percaya saja. Diasaat waktu mulai berputar mereka seolah berlari menghindar, dan merobohkan semua tembok ratapan cinta yang dulu dipuja-puja.

Ketika kita mulai kembali kita akan mendengar tangisan dan sorakan para binatang, mereka dulu yang membangga-banggakan keutuhan itu, semua hanya ilusi. Tidak ada kemenangan dibalik saling menjatuhkan dimana engkau membuat semua kaki para serdadu lumpuh dan sujut menyungkur ketanah.

“Kemenangan itu hanya sesaat mereka akan menjadi tulang berduri menusuk jantung. Ketika kelengahan kita terhadap mimpi-mimpi yang terbeli sudah tak bersemangat, untuk menjajakan hati kepada apapun yang telah kita cintai,”

Tidak ada derai airmata yang tertahan, tidak ada kata perpisahan maupun bantahan. Air mata itu sudah menguap selama jutaan tahun mereka telah menderita. Luka-luka mereka telah kering dan nanah-nanah itu sudah menghilang, mereka lumpuh sejenak menahan beban yang tak sanggup mereka lupakan.

“Pada akhirnya kenyataan akan kembali menunjukan ke aslian yang mereka sebenarnya, kebanyakan hati-hati mereka tertipu dan menunjukan ke egoisan mereka tersendiri, meskipun manis getir cinta melanda yang telah mereka rebut, kesalahan patal mereka tidak sama sekali memperdulikan nyanyian kodok dimusim penghujan,”
  Ada apa di pagi ini ada hati yang terbang kembali lagi, bila hujan mereka menghinggap, mereka terbang dengan terluka, di satu sisi mereka menderita karena sudah tak banyak asa yang dapt di perjuangkan, keputusan telak yang sudah mereka pilih menjadi saksi bisu masa depan yang indah.

Ketika reruntuhan itu sudah nampak, seluruh kegelisahan hati sudah memuncak, kepercayaan yang terkikis mulai memberontak. Mereka meronta-ronta seakan terpanggang panas sinar ultra, tetapi hanya sebatas itulah kemampuan, mereka kembali berjalan tetapi mereka terjebak didalam fananya dunia.

“Banyak kutipan yang akan kita bicarakan, semoga semua renungan ini dapat membantu hati-hati yang retak, dan memberikan mereka seteguk manisnya madu. Kita bersama berharap dan kita juga sama berselimut duka, biarkan lah aspek itu mengalir mengikuti impian, seperti doa-doa yang dipanjatan si pengembala sapi”

Pemandangan prontal dan kemarahan yang bergejolak hanya mampu se saat menahan penat kerinduan, jangan biarkan kemarahan mereka merasuki pikiran mu ketika kegagalan menghampiri, pasti ada jawaban yang terbaik yang akan kau dapatkan.

“Lantunan barzanzi-barzanzi itu sudah membuatku terkesima, seperti bermandikan cahaya rembulan, pikiran yang kusut, semerawut dan berakar serabut itu seperti sudah menghilang bersama baunya dupa. Wewangian itu cukup membantu untuk menghilangkan sebuah kekhawatiran, senandung sendu pujian-pujian juga sangat cukup untuk melatih merendahkan diri” 


Mestinya kita sadar tidak semua keinginan dapat disatukan dan tidak semua pemikiran dapat dijadikan suatu alasan. Kita ini terbagai menjadi beberapa tingkatan, yang pertama persetujuan, yang kedua pemberontakan dan yang ketika kerendahan.

“Hati itu bisa sangat lelah kerena terlalu dipaksa menyimpan banyak memori, seharusya ada celah-celah karang yang dapat membuat mereka keluar dari ruang lingkup ini, tetapi itu sangat berbeda dengan suara hati, semua yang mereka terima dan terekam. tidak akan bisa keluar lagi untuk mencari sela, bisikan-bisikan penggoda dan rayuan maut itu dapat menghancurkan semua sifat yang terpendam,”.

PENULIS : setelah anda meluapkan emosi anda, sebaiknyakita tidak melupakan etika dan tata krama, kebaikan merupakan sesuatu kewajiban yang harus dilakukan, jangan sampai kita membunuhi semua kesadaran orang-orang dibawah kita.

Hati merupakan sesuatu keajaiban tuhan yang diberikan kepada manusia, sudah selayaknya kita memberikan hati itu terkhusus untuk sifat-sifat ajaib yang mampu merubah baja menjadi timah.

Kekuatan emosional merupakan kekuatan teori yang mengadalkan nafsu dan akal, jangan sampai api yang bergelora itu membakar jiwa kita. Semakin banyak ilmu yang diserap semakin luas pemahaman antara perbedaaan

Tidak ada komentar: