Semua orang pasti bisa
memberikan yang terbaik dari sekedar impian, tak ada kata menyerah, sekali
layar terkembang pantang mundur ke belakang.

Bahkan mereka ada
juga yang takjub melihat sebuah keindahan yang bersentuhan dengan hati mereka.
Hati itu seoalah senang dengan seluruh penggambaran, tetapi mereka kembali
meratap. Sama sekali tidak ada pembenaran tentang diri mereka disini, ini
hanyalah sebuah catatan hitam, dan tulisan dinding yang dikumpulkan melalui
guratan abstrak, semua ingatan yang bisa diproyeksikan melalui korsa.
Sudah banyak kita
menyaksikan sebuah ketakjuban, tetapi kita tak pernah menyadari dari kelebihan
itu, ketika kita terjatuh hanya keluhan yang mampu terucap dan harapan akan
pembebasan mengenai itu, tetapi waktu selalu bertindak diluar nalar, mereka tak
bisa kita hentikan selalu bergerak sedetik tetapi itu pasti.
Tunggulah aku
disebrang sana dimana istana indah berkota merah, hijau dan biru terus menyala,
sekarang aku akan kembali kepada diriku sendiri dan membiarkan benalu-benalu
itu menggerogoti pemikiran ini. Aku akan kembali terlunta masuk kedalam medan
sukma, semua kata pengkristalan tersebut sudah mulai mencair ia meleleh karena
tak ada sedikitpun upaya pendinginan hati.
Ingat kita
sekarang tidak membicarkan mengenai keindahan, karena mereka hanyalah
halusinasi yang menuturkan kita pada kenyataan, kita lemah karena kita tak
mampu untuk berjuang. Kita kalah karena kita tak berharap akan menang. Semua
akan kembali pada dasarnya, dimana hanya seonggok tubuh yang berselimut tulang,
mana ada indah yang engkau lihat ketika diperlihatkan kebusukan dibalik
kenyataan.
Amarah itu seakan
proklamasi sebuah kemerdekaan, tetapi mereka bingung untuk menutun kepada siapa
mereka bersandar, geloranya tetap mengguncang meskipun tanpa ekpresi, matamu
mataku bisa menyaksikan itu meskipun hanya sekedar pertilasan.
Kebungkaman itu
yang sangat aku benci, seolah fitnah yang menjalar kedalam tubuh, mereka
menusuk nusuk tubuh seperti kawat perdukunan yang dimantrai. Jangan sekali lagi
kau bicara, hati itu terlalu busuk untuk aku dekati, sindur nanah hijau yang
kental aku lihat, kau telah terlalu banyak bermain dengan dusta.
Kenapa mereka
selalu membantu karena mereka memang berharap menjadi batu, gejala hati dan
empedu yang membatu akan berdampak negatif terhadap organ mereka, biarkan saja
mereka seperti itu, karena batu sangat sulit untuk disusun bila sudah pecah,
kita akan membuat benteng yang kokoh berdasarkan batu-batu itu.
Mereka akan
melemah seperti sindur itu, mengental hijau maupun membiru, hanya cacing tanah
yang akan menjadi teman-temannya, bergelantungan diatas mata mereka,
memperlihatkan kebodohan-kebodohan mereka, sehingga bibir itu dikoyak cacing
seperti membelah lambung ayam mengunakan kayu.
Waktu itu kan
menjawab, semua respek balik yang sudah dilakukan, ada kalanya si waktu
membalas telak dengan kecurigaan, kadang kala dia juga membalas ketika mimpi
indah itu sedang berlangsung diputar, dia juga sering kali membalas terakhir
ketika semua lapangan sudah mulai sepi dari pengunjung.
Berkali-kali
sudah disampaikan para sesepuh sudah berulang kali memperingati, dan alam juga
sudah memberikan gambaran. Karena semua memori itu sudah direkam, tak ada satu
pun yang akan bungkam karena semua dapat berbicara berdasarkan memori yang
disimpan, kaset-kaset itu akan kembali diputar sebagaimana komedian didalam
televisi memainkan peran berulang-ulangh kali.
Jangan sampai
lengah, kejadian itu pasti akan datang, mereka berderu dengan mengeluarakan
suara yang besar, mereka juga akan menanyakan keberadaan sesuatu yang sudah
engkau sembunyikan. Tak pelak kemarahan mereka memuncak karena mereka memang
diperintahkan untuk mencabut seluruh kesalahan.
Hanya orang bodoh
yang menyatakan kejadian ini sesungguhnya hanyalah kutukan dan tidak ada
kehendak yang berasal dari asalnya, segala sesuatu sudah sesuai dengan
ketetapanya. Mereka memiliki kadar-kadar yang akan dipintai jawabanya.
Banyak hati-hati
itu yang terluka mereka hanya dikenalkan pada sebuah kebencian tidak sedikit
dari mereka yang meratap ketika kembali ke hitam malam.
mereka terlalu
jujur untuk dibohongi meskipun mereka tidak pernah mengakui hanya badut-badut
tua seolah bergembira menekuk lutut tanda si pembawa sial bila pepatah bijak
tak mampu lagi diserap badut tua hanya bisa merengek karena ditinggalkan kita
membutuhkan sebuah keterbukaan bukan pemikiran primitif yang terpaut peraturan
cepat itu baik dan lamban itu baik hanya konperensi bodoh yang menyatakan
berdiri
bila pertanda
hijau daun pandan sudah mewangi Keyakinan perjuangan ini tak jua terhenti
sedangkan harga itu sudah kita dapat hanya satu ingatan yang ada diantara kita,
Tidak ada lagi kata tawar wenawar.
Begitu juga
dengan sebuah kesenangan seperti melodi cinta yang menggebu, disaat pertama
kali ia menunjukan eksitensi dan keberadaan hati, cahayanya sangat mujarab dan
menghangatkan malam. Cuaca mendung pun tak jadi alansan untuk sekedar
mengucapkan kata sayang, dan merindukan bait demi bait ulasan estotika yang
lampau terulang.
Ruang semu itu
seperti sangat nyata, ketika dua hati saling berpadu, mereka bercumbu
bersenandung kerinduan malam, hati-hati ini terpaut dalam satu simpul
asmarandana. Keceriaanya mengalahkan tangisan orang sebumi, berkembang pesat
mejadi sesuatu yang tak terlupakan.
Meskipun benturan
dan berbagai benalu mengrogoti hati, mereka masih terlihat sangat harmoni,
sejalan dengan waktu dan perubahan keyakinan mereka akhirnya terbentur pada
satu alasan tak tepat. Sehingga mereka harus kembali kepada, ungkapan kodok
yang merindukan bulan.
“Sungguh sayang
kodok yang dianggap binatang tersebut merupakan peri. Tak pelak kerasnya hati
yang dulu pernah kupatahkan membenarkan kejadian dimasa depan. Bualan busuk
yang kuanggap sampah itu ternyata bukan hanya sekedar ramalan, tetapi
pemandangan kasih yang dia berikan membenarkan keyakinan hatinya yang
terpendam,”
Kemana larinya
asmarandana yang pernah bergelora, mimpinya sekarang sudah tak terbentuk, hanya
sekedar guratan hitam membekas dan melubangi hati. Keyakinan penuh kepada sang
pujangga hanya pengias bisu, keretakan demi keretakan dari kesempurnaan itu
sudah tergenang, seperti kobangan lumpur yang berbau tajam.
“Keyakinan salah
berasal dari penilaian yang salah juga, tak bisa kita menilai kerendahan
seseorang dari sebuah cinta yang terpendam. Mereka memiliki keyakinan yang
sungguh kuat untuk merubah dunia, bahkan keyakinan mereka mampu menyibak tabir
mimpi dimasa depan,”
Berbagai simpoini
itu mulai terlepas, mereka terkilir dan meretas semua yang ada. Ternyata cinta
itu sebuah kebohongan, mereka hanya memberikan sebuah kesenagan dan kehangatan
disaat kita hanya saling percaya saja. Diasaat waktu mulai berputar mereka
seolah berlari menghindar, dan merobohkan semua tembok ratapan cinta yang dulu
dipuja-puja.
Ketika kita mulai
kembali kita akan mendengar tangisan dan sorakan para binatang, mereka dulu
yang membangga-banggakan keutuhan itu, semua hanya ilusi. Tidak ada kemenangan
dibalik saling menjatuhkan dimana engkau membuat semua kaki para serdadu lumpuh
dan sujut menyungkur ketanah.
“Kemenangan itu
hanya sesaat mereka akan menjadi tulang berduri menusuk jantung. Ketika
kelengahan kita terhadap mimpi-mimpi yang terbeli sudah tak bersemangat, untuk
menjajakan hati kepada apapun yang telah kita cintai,”
Tidak ada derai
airmata yang tertahan, tidak ada kata perpisahan maupun bantahan. Air mata itu
sudah menguap selama jutaan tahun mereka telah menderita. Luka-luka mereka
telah kering dan nanah-nanah itu sudah menghilang, mereka lumpuh sejenak
menahan beban yang tak sanggup mereka lupakan.
“Pada akhirnya
kenyataan akan kembali menunjukan ke aslian yang mereka sebenarnya, kebanyakan
hati-hati mereka tertipu dan menunjukan ke egoisan mereka tersendiri, meskipun
manis getir cinta melanda yang telah mereka rebut, kesalahan patal mereka tidak
sama sekali memperdulikan nyanyian kodok dimusim penghujan,”
Ada apa di pagi ini ada hati yang terbang
kembali lagi, bila hujan mereka menghinggap, mereka terbang dengan terluka, di
satu sisi mereka menderita karena sudah tak banyak asa yang dapt di
perjuangkan, keputusan telak yang sudah mereka pilih menjadi saksi bisu masa
depan yang indah.
Ketika reruntuhan
itu sudah nampak, seluruh kegelisahan hati sudah memuncak, kepercayaan yang
terkikis mulai memberontak. Mereka meronta-ronta seakan terpanggang panas sinar
ultra, tetapi hanya sebatas itulah kemampuan, mereka kembali berjalan tetapi
mereka terjebak didalam fananya dunia.
“Banyak kutipan
yang akan kita bicarakan, semoga semua renungan ini dapat membantu hati-hati
yang retak, dan memberikan mereka seteguk manisnya madu. Kita bersama berharap
dan kita juga sama berselimut duka, biarkan lah aspek itu mengalir mengikuti
impian, seperti doa-doa yang dipanjatan si pengembala sapi”
Pemandangan
prontal dan kemarahan yang bergejolak hanya mampu se saat menahan penat
kerinduan, jangan biarkan kemarahan mereka merasuki pikiran mu ketika kegagalan
menghampiri, pasti ada jawaban yang terbaik yang akan kau dapatkan.
“Lantunan
barzanzi-barzanzi itu sudah membuatku terkesima, seperti bermandikan cahaya
rembulan, pikiran yang kusut, semerawut dan berakar serabut itu seperti sudah
menghilang bersama baunya dupa. Wewangian itu cukup membantu untuk
menghilangkan sebuah kekhawatiran, senandung sendu pujian-pujian juga sangat
cukup untuk melatih merendahkan diri”
Mestinya kita
sadar tidak semua keinginan dapat disatukan dan tidak semua pemikiran dapat
dijadikan suatu alasan. Kita ini terbagai menjadi beberapa tingkatan, yang
pertama persetujuan, yang kedua pemberontakan dan yang ketika kerendahan.
“Hati itu bisa
sangat lelah kerena terlalu dipaksa menyimpan banyak memori, seharusya ada
celah-celah karang yang dapat membuat mereka keluar dari ruang lingkup ini,
tetapi itu sangat berbeda dengan suara hati, semua yang mereka terima dan
terekam. tidak akan bisa keluar lagi untuk mencari sela, bisikan-bisikan
penggoda dan rayuan maut itu dapat menghancurkan semua sifat yang terpendam,”.
PENULIS : setelah anda meluapkan emosi anda,
sebaiknyakita tidak melupakan etika dan tata krama, kebaikan merupakan sesuatu
kewajiban yang harus dilakukan, jangan sampai kita membunuhi semua kesadaran
orang-orang dibawah kita.
Hati merupakan sesuatu keajaiban tuhan yang diberikan kepada
manusia, sudah selayaknya kita memberikan hati itu terkhusus untuk sifat-sifat
ajaib yang mampu merubah baja menjadi timah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar