Aku bosan membicarakan masalah hati, mereka selalu
berubah-ubah. Kini aku ingin mengungkapkan kisah si biduan tua. Dahulu mereka
masih sangat bergairah, hampir setiap panggung manusia memuja dirinya, semua
orang seakan ingin memilikinya, rambut hitam pekat terurai ditambah dengan
riasan-riasan yang terdapat dikepala hingga ke ujung kaki mereka pasang, lalu
semua orang takjub akan keindahanya.
Biduan tua dahulu mempunyai suara indah, mereka mamanggilnya
sebagai seruling emas, karena setiap penampilanya selalu berkilau dan
mengesankan. Tidak ada orang yang tidak kenal dengan sebutan seruling emas,
meskipun orang buta pada saat ini yang mendengar lantunan sibuan tua, pasti
sibuta akan selalu membayangkan orang yang terindah didalam pikiranya.
Di panggung mana orang yang tak kenal dengan biduaan ini.
Pujian pujian selalu ia menangkan dari hati seluruh orang, tak ada kata pesaing
yang mampu menandinginya, semoa orang bersorak-sorak ketikan melihat si
seruling emas mulai tampil melantunkan bait-bait cinta.
Tidak ada gairah begitu membara didalam pentas ini, mereka
larut didalam iringan lagu kemesraan dan kemolekan atraksi pinggul biduan,
sesekali dia memutar lalu sesekali ia juga meminta sambutan penonton dari bawah
panggung.
Si seruling emas mendapatkan kedudukan harkat dan
martabatnya selama beberapa tahun, lalu kabar tentang sibiduan emas ini tak
lagi bergemuruh ketika waktu mengalahkan suara dan keindahan tubuhnya,. Kini si
seruling emas menjadi semakin pikun dengan berbagai waktu yang menggerogoti
keindahanya.
Semua orang kini tidak lagi mengenal si seruling emas,
karena sudah lama tidak tampil dipanggung, sementara itu kini gilaran
panggawa-panggawa muda yang tampil lebih mempesona dari kejayan si seruling
emas.
Si biduan tua hanya bisa sesekali menyombongkan diri dengan
mengenang masa kejayaanya, setelah begitu banyak pemujanya meninggalkan si
biduan tua. Sebelum ia menghela napas, ungkapan keputus asaan ia keluarkan
dengan kepenatan yang menghantui dirinya di setiap hari senjanya.
Inilah si seruling emas, suaraku begitu merdu, indahnya
tubuhku bagaikan permata yagut hijau yang berkilau, tidak ada seorangpu yang
berani monolak keindahan ini, bahkan setiap orang harus berebut tempat untuk
masuk kedalam bilik hati sibiduan ini.
Tapi sayang ketajaman sang waktu telah mengoyak-ngoyak
kejayaan ini, tidak ada satupun lagi yang luput akan ketajaman ini,. Keindahan
itu tersungkur, ia dipermalukan oleh sang waktu, ternyata . ia telah kalah.
Ia pun mulai berandai-andai, didalam benaknya yang panjang.
Seandainya saja ada sesuatu kekuatan yang dapat mengembalikanya kepada
kehidupan sebelumnya, mungkin ia akan sangat seneng dan begembira sehingga
penyesalan selama ini yang ia pikul dapat ditebusnya kembali.
Lalu sibuduan tua pergi mengasingkan diri ketempat yang amat
tinggi, ia membawa kenangan dan kejayaan masalalunya ketempat yang tertinggi,
lalu ia berncana ingin membuang semua kejayaan itu kedalam jurang bersama
keputus asaan dirinya.
Biduan tua sangat malu dengan perbuatanya dimasa silam,
sehingga setiap orang yang bertemu dengan ia selalu menanyakan apakah suaranya
masih seindah dulu, lalu bagaimana dengan keindahan tubuhnya, yang kerap kali
ia jual dengan harga mahal.
Ia mulai ingin mewujudkan cita-citanya itu dan pergi
ditengah kegelapan malam menyusuri rimbunya pepohonan dan tajamnya batu cadas
di lereng lereng yang ia lalui untuk mencapai puncak. Setelah bersusah payah ia
mencapai puncak itu lalu ia tertegun dan kembali duduk untuk menenangkan
napasnya yang tersekal.
Biduan tua kembali memikirkan jalan yang akan di tempuh,
kerisauan dihatinya semakin membuat pikiranya rumit. Apakah benar ini jalan
yang akan dia tempuh?.
Ia kembali memandang langit, sambil membayangkan sanak
saudaranya yang tidak lagi memperdulikan dirinya, terlintas juga idalam
banyanganya tawa-tawa kelakar cibiran masyarakat terhdap perbuatanya, mereka
tertawa dan bersendau gurau mengatakan si biduan tua sudah bertubuh bau, dan
tidak seindah dulu bagi mereka yang pernah menikmati kemolekan tubuhnya.
Lalu ia berdiri dan mengambil posisi akan kemarahan terhadap
mereka, dan berharap tajamnya batu cadas itu dapat merenggut kenangan suram
yang pernah bersarang dikepalanya. Ia menjerit dan berteriak sekecangnya,
“kenangan ini akan aku bawa kedalam jurang ini, biarlah semua siksaanbatin ini
akan mati bersama tubuhku yang renta,”.
Sebelum ia melangkahkan kakinya berlari menuju dalamnya
jurang itu, si biduan tua mendengar, kata-kata serorang lelaki,”tuhan itu
sangat dekat bahkan lebih dekat dengan kematian,”. Sehingga ia memberhentikan langkahnya untuk
melihat siapa yang mengatakan, suara dari balik rerimbunan.
Ternyata dari balik rerimbunan itu ada seorang tua, sedang
duduk bersila, lalu ia menghampiri orang tua tersebut. Dan menanyakan kenapa ia
mengatakan hal yang semacam itu?.
Orang tua tersebut lalu menyuruh si biduan tua duduk dan
mendengarkan apa yang akan disampaikanya.”Dengarkanlah, di dalam jurang itu
sangat gelap, kau belum tahu di bawah sana tidak terdapat batu cadas, malah
sebaliknya di sana terdapat air yang sangat dalam, jika kau melompat kesana,
aku pastikan usahamu akan sia-sia,”terangnya kepada biduan tua.
Orang tua itu lalu mengatkan kembali, semua orang akan
menemui ajalnya sendiri-sendiri, dan mereka tidak dapat menolaknya. Lalu ia
bertanya kepada si biduan tua kenapa susah-susah untuk menjari ajalnya, karena
kematian itu pasti akan datang kepadanya.
Ia juga mengajari sibiduan tua agar menebus dosan-dosanya
terlebih dahulu sebelum ia melanjutkan cita-citanya. Lalu kembali ia
mengatakan, setiap pertanyaan pasti membutuhkan jawaban dan setiap dosa
memerlukan penebusan.
Si biduan tua sangat bingung dan tidak tahu bagaimana cara
menebus dosa, ia kembali melihat tubuhnya yang tua renta, sehinga ia
memperkirakan tidak mempunyai waktu untuk menebus semua dosa-dosanya.
Pria tua bersila itu
lalu tertawa. Mendengar keluhan dari si
biduan tua, yang tak mampu melaksanakan penebusan dosa, lalu pria ini berkata
maukah kamu akau dengarkan sebuah kisah. Mungkin kish ini dapat membuat kamu
hidup lebih lama dan engkkau bisa melakukan penebusan dosamu dengan waktu yang
lama.
Keningnya berkerut, mukanya tertunduk dan kepalanya
mengangguk, seakan berusaha menyakinkan dirinya untuk dapat mendengarkan kisah
dari pria ini. Biduan tua mengangguk
dan berusaha ingin mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pria bersila.
Lalu pria tua ini mulai mendendangkan kisah, adanya sebuah
sumur tua yang dapat membuat awet muda danhidup abadi selamanya, tetapi ia mewasiatkan
kepada si biduan tua agar tetap pada pendirianya untuk melakukan penebusan
dosa, dan bukan untuk memperbaiki hal yang lain.
Pria tua ini berjanji kepadanya akan membatu si biduan tua
ini untuk melakukan ritual penebusan dosanya, dengan cara menambah waktu
sehingga fisiknya sempurna serta sehat jiwa raga. Ia mengatkan untuk menguatkan
keyakinan sebelum mendengarkan kisahnya.
Pria tua bersila
berkata dulu dirinya pernah mendengar sumur abadi yang disebut sebut sebagai
ainul hayat, seandainya seseorang dapat minum seteguk ainul hayat ini maka
keadaan tubuhya akan kembali pada masa mudanya, dan hidupnya akan abadi kekal
hingga bumi ini kiamat.
Ia juga mengaskan tidak akan ada orang yang bisa menjumpai
ainul hayat ini kecuali hanya orang-orang yang memiliki keyakinan kuat serta
berniat untuk menyucikan dirinya. Ia juga mengatakan bagi orang yang meminum
air ini, orang tersebut mampu mengendalikan air lautan bahkan ia dapat bernapas
meskipun didalam air bahkan berjalan diatasnya, oaran ini juga akan mendapatkan
keistimewaan sehingga mampu angin, api melihat masa depan, bahkan menembus
dimensi ruang dan waktu.
Lalu pria tua bersila ini, bertanya kepada si biduan tua,
apakah mau di tuduhkan dimana tempatnya ainul hayat ini, sehingga ia bisa
menebus semua dosa-dosanya, bahkan mungkin ia nanti mampu memperbaiki semua
orang yang senasib dengan dirinya.
Si biduan tua hanya mampu menganggukan kepalanya dan
berusaha meyakinkan dirinya, cara inilah yang mampu untuk membuat dirinya
berharap. Lalu pria tua bersila kembali melanjutkan ceritanya, dan menunjukan
arah mana yang akan ditempuh oleh si biduan tua.
Pria tua bersila mengatakan kepada dirinya agar menempuh
arah barat dimana letak matahari terbenam, tempat ainul hayat ini memang sangat
sulit untuk ditemukan, karena tempatnya berada di ujung dunia yang gelap,
tetapi tempat tersebut pasti dapat ditemukan oleh orang-orang yang berkeyakinan
kuat dan memiliki niat yang suci.
Terbayang didalam benak si biduan tua dan mengatakan kepada
dirinya sendiri sanggupkah untuk menempuh tujuan ini, bahkan dirinya
berandai-andai jika ia menemukan ainul hayat ini berarti takdir yang kan
dicapai olehnya memang sudah digariskan, tetapi jika ia tidak mampu
menemukannya, ia berpikir mungkin inilah salah satu cara untuk menebus semua
dosa-dosanya, karena niatnya pergi untuk mengsucikan diri.
Mantablah keyakinan si biduan tua, ia mulai menguatkan
dirinya, tapi sayang sebelum ia sempat mengangkat kepalanya, pria tua bersila
yang berada dihadapanya sudah tidak berada ditempatnya lagi, ia menghilang
begitu saja seperti hantu didalam kegelapan. Lalu sibiduan tua mulai beranjak
hendak meninggalkan puncak bukit dan mulai menjalankan misinya mencari tempat
ainul hayat.
Tiba-tiba suara pria tua bersila itu lantang terdengar,
“Berjalanlah dengan rahmat tuhanmu, tidak ada kebaikan dibalik membunuh diri
sendiri,”. Lalu suara itu hilang begitu saja, seperti tersapu angin yang
berlalu.
*Kata Penulis : ini hanya cerita singkat untuk
membangkitkan gairah didalam keputus asaan, dan sebenarnya kita masih banyak
memiliki kesempatan, bahkan untuk mengulangi kesempatan itu sendiri, jika niat
disertai keyakinan kuat itu berada pada diri kita, maka waktu pun tak akan
sanggup untuk menandinginya, tidak ada yang tidak mungkin ketika tuhan
berkehendak.
Pernahkan anda
merasa putus asa dan ingin mematahkan asa itu sendiri kedalam jurang. Sebaiknya
pirkiran itu secepatnya di buang, banyak keajaiban didunia ini, bahkan mengutif
dari berbagai sumber Ainul Hayat ini banyak dikabarkan melalui naska-naskah
salafi dan mebenarkan keberadaanya, laksana empat aliran sungai surga yang
mengalir ke bumi ini.
Banyak riwayat yang mengisahkan tentang ainul hayat
ini sendiri, bahkan pernah dicatat sebagai suatu perjalanan besar seorang raja
yang hidup pada zaman keemasan untuk mencari sumber air kehidupan. Banyak yang
mengatakan itu hanyalah sebuah kisah dongeng belaka, tetapi kesempatan tetap
terbuka untuk kita.
Break Sison 6 :
“Penulis”
Selamat malam Gita, waduh udeh lame kagak muncul owe, maklum lagi sibuk
nich, pusing bener ngurusin negara ribet, ngurusin anak terlantar, gajih
pegawai, tes pegawai, sekolah, ampe
kandang kebo owe urusin, ribet mas broo.
“Pemirsa” gayanya ngomong tinggi,,,,banyak urusan
lebih lebih dari presiden . udeh dasar kere, jangan banyak bacot, sekolah aje
bawah batang pisang, sok sibuk lagi, ngibulnye ketauan. Malu ama umur.
“Penulis” duduyyyyy,,,kagak percaya mat kibo,
mangkanya jangan kebanyakan tidur, contoh owe nich, energik kerja non stop 25
jam owe jambanin, bukan kayak lo matkibo banyakan molor aje.
“Pemirsa” sedddah,,,jam dari mana tu 25 jam, mane ade
ceritanye dari jaman moyet lagi beranak ampe jaman kuntilanak buang anak,
sejarah 25 jam. tuh apa gw bilang kebanyakan ngehayal lo.
“Penulis” woiii,,,mat kibo jangan bawak-bawak
kuntilanak dongk, owe takut nich, jam segini
ngomong yang gituan, nah pan meriding owe. Sedddah suara siapa
no,,,kenceng banget. ha,,,he,,,ho,,,malem-malem begini.
“Pemirsa” tuh apan pikiran lo mulai jorok,,,,terserah
orang dongk mau bilang apa ajae bebas,,,sekarang jaman demokratis bukan jaman
batu. Eh lo jangan banyak pikiran ngeres no, inget-inget dosa.
“Penulis” Hehehehhe Sory-sory Matkibo ,,,ya udeh
terserah mau ngomong aple lo sono pegi. Maklum nich,,,dirite anak
kos,,,sebelahan ama tetangga kelang dinding aje,,jadi kalo malem suaranye
nyaring kedengeran.
“Pemirsa” wkwkwkwkwkkw dirita lo, mangkanya buruan
cepet kawin sono, jangan kebanyakan ngehayal. Inget kiamat udeh deket.
“Penulis” tunggu bentar matkibo, owe mau cari rekman
dulu hihihihihi mau owe sadap suaranya makin lama makin kenceng
nich,,,,hahahhahahah.
“Pemirsa”woi,,,,woi,,,woi,,,jangan ngintip lo. Ajak
ajak gw juga dongk. Woi,,,woi,,,,woi,,,nah kabur dia bocah.
“Penulis” tenang aje Matkibo nanti owe kirim rekaman
suaranya, wkwkwkkwkwkwk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar