Rabu, 13 November 2013

* Ainul Hayat


 
Aku bosan membicarakan masalah hati, mereka selalu berubah-ubah. Kini aku ingin mengungkapkan kisah si biduan tua. Dahulu mereka masih sangat bergairah, hampir setiap panggung manusia memuja dirinya, semua orang seakan ingin memilikinya, rambut hitam pekat terurai ditambah dengan riasan-riasan yang terdapat dikepala hingga ke ujung kaki mereka pasang, lalu semua orang takjub akan keindahanya.

Biduan tua dahulu mempunyai suara indah, mereka mamanggilnya sebagai seruling emas, karena setiap penampilanya selalu berkilau dan mengesankan. Tidak ada orang yang tidak kenal dengan sebutan seruling emas, meskipun orang buta pada saat ini yang mendengar lantunan sibuan tua, pasti sibuta akan selalu membayangkan orang yang terindah didalam pikiranya.

Di panggung mana orang yang tak kenal dengan biduaan ini. Pujian pujian selalu ia menangkan dari hati seluruh orang, tak ada kata pesaing yang mampu menandinginya, semoa orang bersorak-sorak ketikan melihat si seruling emas mulai tampil melantunkan bait-bait cinta.

Tidak ada gairah begitu membara didalam pentas ini, mereka larut didalam iringan lagu kemesraan dan kemolekan atraksi pinggul biduan, sesekali dia memutar lalu sesekali ia juga meminta sambutan penonton dari bawah panggung.

Si seruling emas mendapatkan kedudukan harkat dan martabatnya selama beberapa tahun, lalu kabar tentang sibiduan emas ini tak lagi bergemuruh ketika waktu mengalahkan suara dan keindahan tubuhnya,. Kini si seruling emas menjadi semakin pikun dengan berbagai waktu yang menggerogoti keindahanya.

Semua orang kini tidak lagi mengenal si seruling emas, karena sudah lama tidak tampil dipanggung, sementara itu kini gilaran panggawa-panggawa muda yang tampil lebih mempesona dari kejayan si seruling emas.

Si biduan tua hanya bisa sesekali menyombongkan diri dengan mengenang masa kejayaanya, setelah begitu banyak pemujanya meninggalkan si biduan tua. Sebelum ia menghela napas, ungkapan keputus asaan ia keluarkan dengan kepenatan yang menghantui dirinya di setiap hari senjanya.

Inilah si seruling emas, suaraku begitu merdu, indahnya tubuhku bagaikan permata yagut hijau yang berkilau, tidak ada seorangpu yang berani monolak keindahan ini, bahkan setiap orang harus berebut tempat untuk masuk kedalam bilik hati sibiduan ini.

Tapi sayang ketajaman sang waktu telah mengoyak-ngoyak kejayaan ini, tidak ada satupun lagi yang luput akan ketajaman ini,. Keindahan itu tersungkur, ia dipermalukan oleh sang waktu, ternyata . ia telah kalah.

Ia pun mulai berandai-andai, didalam benaknya yang panjang. Seandainya saja ada sesuatu kekuatan yang dapat mengembalikanya kepada kehidupan sebelumnya, mungkin ia akan sangat seneng dan begembira sehingga penyesalan selama ini yang ia pikul dapat ditebusnya kembali.

Lalu sibuduan tua pergi mengasingkan diri ketempat yang amat tinggi, ia membawa kenangan dan kejayaan masalalunya ketempat yang tertinggi, lalu ia berncana ingin membuang semua kejayaan itu kedalam jurang bersama keputus asaan dirinya.

Biduan tua sangat malu dengan perbuatanya dimasa silam, sehingga setiap orang yang bertemu dengan ia selalu menanyakan apakah suaranya masih seindah dulu, lalu bagaimana dengan keindahan tubuhnya, yang kerap kali ia jual dengan harga mahal.
Ia mulai ingin mewujudkan cita-citanya itu dan pergi ditengah kegelapan malam menyusuri rimbunya pepohonan dan tajamnya batu cadas di lereng lereng yang ia lalui untuk mencapai puncak. Setelah bersusah payah ia mencapai puncak itu lalu ia tertegun dan kembali duduk untuk menenangkan napasnya yang tersekal.

Biduan tua kembali memikirkan jalan yang akan di tempuh, kerisauan dihatinya semakin membuat pikiranya rumit. Apakah benar ini jalan yang akan dia tempuh?.

Ia kembali memandang langit, sambil membayangkan sanak saudaranya yang tidak lagi memperdulikan dirinya, terlintas juga idalam banyanganya tawa-tawa kelakar cibiran masyarakat terhdap perbuatanya, mereka tertawa dan bersendau gurau mengatakan si biduan tua sudah bertubuh bau, dan tidak seindah dulu bagi mereka yang pernah menikmati kemolekan tubuhnya.

Lalu ia berdiri dan mengambil posisi akan kemarahan terhadap mereka, dan berharap tajamnya batu cadas itu dapat merenggut kenangan suram yang pernah bersarang dikepalanya. Ia menjerit dan berteriak sekecangnya, “kenangan ini akan aku bawa kedalam jurang ini, biarlah semua siksaanbatin ini akan mati bersama tubuhku yang renta,”.

Sebelum ia melangkahkan kakinya berlari menuju dalamnya jurang itu, si biduan tua mendengar, kata-kata serorang lelaki,”tuhan itu sangat dekat bahkan lebih dekat dengan kematian,”.  Sehingga ia memberhentikan langkahnya untuk melihat siapa yang mengatakan, suara dari balik rerimbunan.

Ternyata dari balik rerimbunan itu ada seorang tua, sedang duduk bersila, lalu ia menghampiri orang tua tersebut. Dan menanyakan kenapa ia mengatakan hal yang semacam itu?.
Orang tua tersebut lalu menyuruh si biduan tua duduk dan mendengarkan apa yang akan disampaikanya.”Dengarkanlah, di dalam jurang itu sangat gelap, kau belum tahu di bawah sana tidak terdapat batu cadas, malah sebaliknya di sana terdapat air yang sangat dalam, jika kau melompat kesana, aku pastikan usahamu akan sia-sia,”terangnya kepada biduan tua.

Orang tua itu lalu mengatkan kembali, semua orang akan menemui ajalnya sendiri-sendiri, dan mereka tidak dapat menolaknya. Lalu ia bertanya kepada si biduan tua kenapa susah-susah untuk menjari ajalnya, karena kematian itu pasti akan datang kepadanya.
Ia juga mengajari sibiduan tua agar menebus dosan-dosanya terlebih dahulu sebelum ia melanjutkan cita-citanya. Lalu kembali ia mengatakan, setiap pertanyaan pasti membutuhkan jawaban dan setiap dosa memerlukan penebusan.

Si biduan tua sangat bingung dan tidak tahu bagaimana cara menebus dosa, ia kembali melihat tubuhnya yang tua renta, sehinga ia memperkirakan tidak mempunyai waktu untuk menebus semua dosa-dosanya.

 Pria tua bersila itu lalu tertawa.  Mendengar keluhan dari si biduan tua, yang tak mampu melaksanakan penebusan dosa, lalu pria ini berkata maukah kamu akau dengarkan sebuah kisah. Mungkin kish ini dapat membuat kamu hidup lebih lama dan engkkau bisa melakukan penebusan dosamu dengan waktu yang lama.

Keningnya berkerut, mukanya tertunduk dan kepalanya mengangguk, seakan berusaha menyakinkan dirinya untuk dapat mendengarkan kisah dari pria ini.   Biduan tua mengangguk dan berusaha ingin mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pria bersila.

Lalu pria tua ini mulai mendendangkan kisah, adanya sebuah sumur tua yang dapat membuat awet muda danhidup abadi selamanya, tetapi ia mewasiatkan kepada si biduan tua agar tetap pada pendirianya untuk melakukan penebusan dosa, dan bukan untuk memperbaiki hal yang lain.

Pria tua ini berjanji kepadanya akan membatu si biduan tua ini untuk melakukan ritual penebusan dosanya, dengan cara menambah waktu sehingga fisiknya sempurna serta sehat jiwa raga. Ia mengatkan untuk menguatkan keyakinan sebelum mendengarkan kisahnya.

 Pria tua bersila berkata dulu dirinya pernah mendengar sumur abadi yang disebut sebut sebagai ainul hayat, seandainya seseorang dapat minum seteguk ainul hayat ini maka keadaan tubuhya akan kembali pada masa mudanya, dan hidupnya akan abadi kekal hingga bumi ini kiamat.

Ia juga mengaskan tidak akan ada orang yang bisa menjumpai ainul hayat ini kecuali hanya orang-orang yang memiliki keyakinan kuat serta berniat untuk menyucikan dirinya. Ia juga mengatakan bagi orang yang meminum air ini, orang tersebut mampu mengendalikan air lautan bahkan ia dapat bernapas meskipun didalam air bahkan berjalan diatasnya, oaran ini juga akan mendapatkan keistimewaan sehingga mampu angin, api melihat masa depan, bahkan menembus dimensi ruang dan waktu.

Lalu pria tua bersila ini, bertanya kepada si biduan tua, apakah mau di tuduhkan dimana tempatnya ainul hayat ini, sehingga ia bisa menebus semua dosa-dosanya, bahkan mungkin ia nanti mampu memperbaiki semua orang yang   senasib dengan dirinya.

Si biduan tua hanya mampu menganggukan kepalanya dan berusaha meyakinkan dirinya, cara inilah yang mampu untuk membuat dirinya berharap. Lalu pria tua bersila kembali melanjutkan ceritanya, dan menunjukan arah mana yang akan ditempuh oleh si biduan tua.

Pria tua bersila mengatakan kepada dirinya agar menempuh arah barat dimana letak matahari terbenam, tempat ainul hayat ini memang sangat sulit untuk ditemukan, karena tempatnya berada di ujung dunia yang gelap, tetapi tempat tersebut pasti dapat ditemukan oleh orang-orang yang berkeyakinan kuat dan memiliki niat yang suci.

Terbayang didalam benak si biduan tua dan mengatakan kepada dirinya sendiri sanggupkah untuk menempuh tujuan ini, bahkan dirinya berandai-andai jika ia menemukan ainul hayat ini berarti takdir yang kan dicapai olehnya memang sudah digariskan, tetapi jika ia tidak mampu menemukannya, ia berpikir mungkin inilah salah satu cara untuk menebus semua dosa-dosanya, karena niatnya pergi untuk mengsucikan diri.

Mantablah keyakinan si biduan tua, ia mulai menguatkan dirinya, tapi sayang sebelum ia sempat mengangkat kepalanya, pria tua bersila yang berada dihadapanya sudah tidak berada ditempatnya lagi, ia menghilang begitu saja seperti hantu didalam kegelapan. Lalu sibiduan tua mulai beranjak hendak meninggalkan puncak bukit dan mulai menjalankan misinya mencari tempat ainul hayat.

Tiba-tiba suara pria tua bersila itu lantang terdengar, “Berjalanlah dengan rahmat tuhanmu, tidak ada kebaikan dibalik membunuh diri sendiri,”. Lalu suara itu hilang begitu saja, seperti tersapu angin yang berlalu.

*Kata Penulis : ini hanya cerita singkat untuk membangkitkan gairah didalam keputus asaan, dan sebenarnya kita masih banyak memiliki kesempatan, bahkan untuk mengulangi kesempatan itu sendiri, jika niat disertai keyakinan kuat itu berada pada diri kita, maka waktu pun tak akan sanggup untuk menandinginya, tidak ada yang tidak mungkin ketika tuhan berkehendak.

 Pernahkan anda merasa putus asa dan ingin mematahkan asa itu sendiri kedalam jurang. Sebaiknya pirkiran itu secepatnya di buang, banyak keajaiban didunia ini, bahkan mengutif dari berbagai sumber Ainul Hayat ini banyak dikabarkan melalui naska-naskah salafi dan mebenarkan keberadaanya, laksana empat aliran sungai surga yang mengalir ke bumi ini.

Banyak riwayat yang mengisahkan tentang ainul hayat ini sendiri, bahkan pernah dicatat sebagai suatu perjalanan besar seorang raja yang hidup pada zaman keemasan untuk mencari sumber air kehidupan. Banyak yang mengatakan itu hanyalah sebuah kisah dongeng belaka, tetapi kesempatan tetap terbuka untuk kita. 

Break Sison 6 :
“Penulis”  Selamat malam Gita, waduh udeh lame kagak muncul owe, maklum lagi sibuk nich, pusing bener ngurusin negara ribet, ngurusin anak terlantar, gajih pegawai, tes pegawai, sekolah,  ampe kandang kebo owe urusin, ribet mas broo.

“Pemirsa” gayanya ngomong tinggi,,,,banyak urusan lebih lebih dari presiden . udeh dasar kere, jangan banyak bacot, sekolah aje bawah batang pisang, sok sibuk lagi, ngibulnye ketauan. Malu ama umur.

“Penulis” duduyyyyy,,,kagak percaya mat kibo, mangkanya jangan kebanyakan tidur, contoh owe nich, energik kerja non stop 25 jam owe jambanin, bukan kayak lo matkibo banyakan molor aje.

“Pemirsa” sedddah,,,jam dari mana tu 25 jam, mane ade ceritanye dari jaman moyet lagi beranak ampe jaman kuntilanak buang anak, sejarah 25 jam. tuh apa gw bilang kebanyakan ngehayal lo.

“Penulis” woiii,,,mat kibo jangan bawak-bawak kuntilanak dongk, owe takut nich, jam segini  ngomong yang gituan, nah pan meriding owe. Sedddah suara siapa no,,,kenceng banget. ha,,,he,,,ho,,,malem-malem begini.

“Pemirsa” tuh apan pikiran lo mulai jorok,,,,terserah orang dongk mau bilang apa ajae bebas,,,sekarang jaman demokratis bukan jaman batu. Eh lo jangan banyak pikiran ngeres no, inget-inget dosa.

“Penulis” Hehehehhe Sory-sory Matkibo ,,,ya udeh terserah mau ngomong aple lo sono pegi. Maklum nich,,,dirite anak kos,,,sebelahan ama tetangga kelang dinding aje,,jadi kalo malem suaranye nyaring kedengeran.

“Pemirsa” wkwkwkwkwkkw dirita lo, mangkanya buruan cepet kawin sono, jangan kebanyakan ngehayal. Inget kiamat udeh deket.

“Penulis” tunggu bentar matkibo, owe mau cari rekman dulu hihihihihi mau owe sadap suaranya makin lama makin kenceng nich,,,,hahahhahahah.

“Pemirsa”woi,,,,woi,,,woi,,,jangan ngintip lo. Ajak ajak gw juga dongk. Woi,,,woi,,,,woi,,,nah kabur dia bocah.

“Penulis” tenang aje Matkibo nanti owe kirim rekaman suaranya, wkwkwkkwkwkwk.

Tidak ada komentar: