Jumat, 22 November 2013

* Pertemuan Suci di Negri Tak Bertuan



Kini si kurus telah hilang dari keramaian dan hirukpikuk kerabat yang merindukanya. ia kini tidak tahu sedang berada dimana, tetapi pandangan gelap gulita kini sudah mulai membuka sinar, ternyata kini si pemuda telah berada diatas sebuah tanah tandus tak bertuan, dengan udara terik dam mentari yang membakar hati.

Tapi sekarang sudah berbeda, Dari atas ketinggian batas tanah tandus berbatu putih, udaranya tak lagi menyengat tetapi udaranya kini meresap dan menembus kulit. Putihnya nampak sangat banyak sekali, tubuh si Kurus kini berada di atas selendang hijau mereka melitasi ural yakni pinggiran pegunungan putih.

 Terlihat ada sedikit celah di bawah datarah putih, selendang hijau mulai memperlambat lajunya, kami memasuki gua kristal putih yang terbuat dari uap, semakin dalam semakin gelap rupanya, gelang biru yang berada di tangan si pemuda langsung memberikan perlawanan, cahayanya mulai berkilau biru bagaikan laser yang menyala-nyala, dan terangnya mengalahkan lampion utara.

Semua jalan sudah terlihat kembali, si kurus menembus lorong yang dalam terhenti pada jalan buntu. Nampaknya tidak ada jalan keluar lain berada disini, disaat hendak keluar memutar sinar biru yang menerangi jalan itu, menampakan seseorang putri beku dari dalam kristal uap yang bening. Cahaya biru memantul tak beraturan, dia memegangi kaca yang menyimpan kelap kelip senyum abadi.

Ia jelas seorang wanita yang sangat cantik, mengenaikan gaun putih dengan rambut panjang terurai hitam, ia juga mengenakan sebuah kalung merah berlian, ia beku dengan senyuman yang sangat indah, ia sangat cantik dan sangat ajaib, mungkin karena sangat lama berada didalam gelap sedangkan tubuhnya dibekukan oleh kristal air ini.

Tetapi kenapa ia beku didalam lorong gelap yang tak berpenghuni.?

Selendang hijau seakan sangat cekatan, ia bergerak lincah, menggulung kristal cahaya. hingga kotak kubus persegi itu mencair dan mengeluarkan tubuh dewi yang terkurung.“Ya kristal beku tersebut sudah cair,”lihat si kurus.

Selendang hijau membaringkanya, si kurus mulai mendekati memerhatikan dan melihat pesona indah yang terpancar dari dewi beku ini. Tubuhnya sangat keras, dingin dia tidak bernapas, tetapi kalung merah itu terus menyala seiring gelang biru yang memantul menembus kedalam kalung merah.

Tubuh si dewi mulai berembun kepulan uap mulai menutupinya, ruangan semula yang dingin, kini sangat terasa hangat sehingga ikut mencairkan seperempat ornamen duri ruangan kristal cair. Si Kurus semakin takut apa yang terjadi, semoga ini tidak berlangsung lama, batuk-batuk kecil terdengar dari arah tubuh sang putri, ternyata batu merah itu sudah membangkitkanya dari tidur panjang.

Si Kurus mundur beberap drap langkah, mencoba untuk menghidar tetapi selendang hijau terus semakin mmnggulung dan menyelimutinya, embun uap itu semakin tebal mengepul dari bungkusan selendang hijau. cahaya merah itu mengalahkan gulungan selendang hijau, ia membuat semua ruangan hampir menyala merah. Gelang biru seakan tak ingin kalah, pantulan cahanyanya semakin menguat.

Ia membiru terang melebihi dari biasanya, perpaduan merah, biru ini membuat mata semakin silau. Si Kurus tak sadar sang putri sudah berdiri dan keluar dari balik cahaya yang semakin memudar. Ia berjalan menuju kepada si kurus.

Ia memperkenalakan dirinya dengan logat yang kurang dipahami, bahasanya kemungkinan bersal dari jaman orang-orang terdahulu. “Somaya,,,,Somaya,,,Somaya,,”sambil menujukan dirinya.

Lalu cahaya biru mulai terang kembali dalam sekejab dan menyilaukan mata, Si kurus berusaha menutupinya, penglihatannya semakin mengembun seiring sosok entah putri mana didepanya. Tiba-tiba suara itu memanggil, seolah mengerti apa yang dia ucapkan.”Somaya,, somaya,,,aku sudah menepati janjiku,,,, padamu,”katanya sambil tersenyum.

Lalu ia mengisaratkan agar si Kurus Melintas kearah mentari terbenam, ada seuatu di sana mereka saat ini sedang menunggu, perjalanan ini masih sangat panjang, ia mengusap wajah lalu memberikan senyuman indah. ia melepaskan dan memberikan selendang hijau agar segera terbang melintasi ural.

Tak seperti wanita sebelumnya yang dijumpai ternyata ia memang sangat dingin dan membiarkan pergi begitu cepat, padahal si kurus sangat ingin bercerita banyak dan masih banyak pertanyaan yang belum ditanyakan kepada dewi muda ini.

lalu timbul dalam benak si Kurus, kenapa aku mesti berada ditempat seperti ini, ia tanyakan kepada si hijau kenapa ini mesti terjadi. Tanggap cepat si hijau membalas. ”Aku hanya mengantar tuan untuk bertemu orang suci, ia sudah menanti di tegah hembusan pasir yang berair yang terbakar mentari. Tuan harus segera pulih, sebaiknya kita membasahi diri agar mendapat kekuatan sejenak di bawah bukit berbuku buku ini”
 
pergerakan mereka melambat berhenti diantara lima batang pohon kurma, ada sedikit genangan air yang tidak jauh dari batangnya, mereka turun dan mencari dimana sumber air itu, rupanya selendang hijau sudah tahu memang ada sebuah sumur dibelakang bukit. Airnya bening, sejuk dan melegahkan dahaga, semua tubuh dan selendang bisa dibasahi. Beberapa tandan kurma yang berbuah, cukup memberikan kekuatan. Manis saripatinya sangat lezat ditambah minuman oase dibawah batu berbukit berdebu.

Setelah luas tenggorokan yang melipat-lipat dan para batang menyuguhi kebutuhan tenaga, misi perjalanan tetap terus berlanjut, selendang hijau sudah melayang membentang naik tinggi ke atas awan, lalu ia kembali menukik kebawah di tengah gurun pasir tandus yang tak bertuan. Nampak ada seoarang yang tak pernah kukenal, ia mengenakan pakaian sederhana seperti orang-orang pengembara, kainya berwarna kusam kecoklat-coklatan.

Selendang hijau terhenti membelakangi seseorang yang tidak dikenal, setelah aku berdiri keluar dari cerobong hijau, orang yang berdiri itu langsung menjuk arah didepanya, sambil mengatakan sesuatu yang tidak aku pahami. “Itu lah makamnya, didepanya ada ural, didepanya lagi ada tamam, didepanya lagi ada cahaya. Terlalu sulit melewati badai, kau harus siap terlebih dahulu,” katanya menoleh kearahku.

Ia memperkenalakan dirinya yang berasal dari negri terbuang, dimana semua orang saling bunuh dan mematahkan hati, ia mengaku melarikan diri ke perasingan, masuk menembus hingga ketengah badai, semua pemburu sudah memburunya sejak awal, tetapi ia selamat berkat tekat baja yang melekat, orang ini membawa asa hingga ke tanah berdebu, mengundi nasib hingga berada ditanah pasir tak bertuan.

Tetapi sayang ia tak mampu melintasi badai, kakinya bengkak termakan mentari, wajahnya mengering, bibirnya pecah tak lembab semanis impian yang  dipertaruhkan. Aku memandangnya sekilas, wajahnya masih terlihat sangat muda, cantik tetapi sedikit kurus, tubuhnya lemah, rambutnya sedikit kecoklat-coklatan bercampur merah api, sedikit lurus dan bergelombang. Matanya bercorak biru tajam, Zialivinska Ia perkenalkan namanya.

Ia berkisah hidupnya dahulu berjuang melawan maut yang berpadu asa, mencari tetesan harmoni sungai kedamaian, embun kegembiraan dan kebebasan nurani. Ia mengaku tak sanggup mencapai puncak, hingga saat ini ia berdiam disini, tertanam dibawah debu dan desir pasir yang di timpa mentari.

Gadis ini juga berpesan kepada si muda kelana agar selalu mensyukuri sega sesuatu yang ai miliki.
”Apa yang engkau dapatkan jagalah, apa yang kamu lihat secara baik, itulah milikmu besok sebaik-baiknya. Tidaklah ada kata berhenti, teruslah berjalan, pejalanan ini masih terlalu panjang. Katakanlah kebenaran dengan benar. Banyak orang-orang yang mengatakan kamu bohong, lebih baik kamu diam dan jangan ikuti mereka. Berilah minuman terhadap orang yang kehausan, berilah mereka yang lapar makanan pakaikan kepada mereka pakaian yang engkau punya. Jadilah engkau selembut air, jangan pernah sepanas mentari, kau tak boleh setajam mentari sengatanya sudah mebuatku hatiku luka,” ungkapnya memalingkan wajahnya yang rupawan ke bahu kanan sambil memeluk pemuda kurus dengan erat.

Aku tak tahu ada apa sebenarnya yang terjadi kenapa perempuan ini berprilaku seolah sudah mengenalku sangat lama, padahal aku baru mengenalnya kali ini, kenapa ini, kenapa...?

Lama hangat pelukan ini masih melekat, belaian demi belaian kerisauan hati terus ia tumpahkan, getar tubuhnya semakin kuat berpaut, seolah mencari pelampiasan kerinduan yang teramat dalam. Putaran elang berserta deru pasir mulai berdesir, anginya semakin kuat menghantam, bunyinya tak lagi mendesir, Zialivinska semakin erat memeluk ia tak ingin dipisahkan waktu.”Katakan kau akan kembali,,,tolonglah kau katakan akan kembali,,,lagi.”teriaknya sambil membendung air mata yang diusap.

Aku hanya masih tertegun dan berusaha mengiyakan apa yang menjadi keinginanya.”Iya aku tak akan melupakanmu, kau tetap disini, aku akan menemanimu, aku tak melupakan mu, aku tak akan melupakanmu,”ucap Si kurus sambil mengusap punggungnya yang kurus berbalut tudung coklat kusam itu.

Ia kembali mengingatkanku. “Sekarang pergilah,,,pergilah,,,disana masih ada impian yang menunggumu,,,”katanya didalam pelukanku.

Ia melepaskan pelukan eratnya, sedikit tersenyum dan mengusap air matanya. kembali ia memeluku dan berkata, ”Aku sudah benar-benar menepati janji ini, aku sudah sangat lama menunggu ini,”aku lihat ia seakan legah lelap didalam pelukan.

Disana kau akan menemukan mentari yang tenggelam, banyak yang mesti kau lakukan disana, disana, disana dan bertanyalah disana. Sampaikan salamku pada mereka, mereka akan menanyakan ku. dan katakanlah kepada mereka aku sudah menemukanya, aku sudah menepatinya, sekarang tidak ada lagi perjanjian. asaku terbalas sudah, kau akan menemukanku disana.

Zialivinska berjalan dan menghilang bersama deru pasir yang berputar. Kau tak tahu harus bagaimana. Tetapi aku akan melakukan apa yang ia katakan, kau tahu ia sangat tulus dan tak nampak keraguan serta sedikitpun kebohongan di matanya. aku yankin ini sangat kuat, aku harus pergi kesana dan melakukan apa katanya.

Selendang hijau sudah mulai terbentang dan mulai siap untuk berkibar, ia melesat jauh dan melintasi semua gerusan badai pasir yang berputar, lepas sudah kerisauan hati, aku sudah berda diatas angin dan berusaha mencapai tempat yang ditujukan Zilivinska.

Hangat pelukan zialivinska yang terbakar masih bisa aku rasakan, hangatnya masih melekat kuat, seolah menyatu didalam jiwa, pelukanya semakin menguatkan hati ini. Seperti hati-hati pejuang Nazaret yang sesungguhnya, cinta kasih dan ketulusan semua menyatu didalam pelukan.

PENULIS: Sesuatu pengalaman spritual merupakan makna tersebunyi yang berada didalam perjalanan hidup anda, semua yang indah dan semua yang hebat akan berakhir didalam sebuah perjalanan, meskipun kita telah mendapatkan sesuatu yang menyenangkan tetapi sesuatu itu akan mulai menjauh karena perjalanan ini masih terus berlanjut.

Waktu memang selalu berputar, ketika anda berada titik puncak berarti itu merupakan titik nol anda untuk memulainya perjalanan meuju puncak selanjutnya.

Yang pasti anda betapapun panasnya perjalanan dan betapa dinginya seluruh hasil usaha anda, kita selalu membutuhkan motivasi dan kehangatan kebersamaan.

Untuk menjadikan harapan sebagai kesuksesan, kita harus mempunyai perjanjian dengan diri pribadi. Anda harus mengatakan ya, pada setiap kesempatan yang berada didepan anda. Anda tidak boleh mengatakan tidak, pada kesempatan anda meskipun itu hanya sebuah panggilan dari ponsel genggam anda.

Semua keinginan anda dapat terwujud dengan usaha untuk mendapatkanya, bukalah diri kita dengan mengatakn ya, segera kengerjakan itu dengan tanpa penolakan.

Break Sesion. 3

“Penulis” Huhuh owe lagi pusing beneran, duit kagak ada, temen nyebelin semua, mau keluar rumah malesnya bukan lagi minta ampun tapi sekarang udah sampe minta maaf. Oi pembaca pinjemin dong owe duit nich, ntar kalo lebaran nanti owe balikin dachhh.

*”Pemirsa” wuih gaya lo mas bro, mau pinjem, napa kagak minta aja sekalian, jangankan mau pulangin tuh pinjeman, pinjeman kemaren-kemaren aja kagak pernah dibalikin, mangkanya kalo kerja jangan setengah tiang, udeh sono nulis lag, jangan setengah-setengah ceritanya.

“Penulis” Bukan setengah tiang om boy, owe lagi BT nich, coba dihibur dikit napa, apa owe makan nich tulisan.

*”Pemirsa” Woi, lo BT apa busung lapar, napa jadi mau makan-makan nich buku, sana cari makanan lain aja, daun pintu kek lo makan, kalo gak kubah mesjid aja lo tenggak.

“Penulis” Prettttt emang owe Dino apa segala dimakan.

*”Pemirsa” Hehehehehehh lo apan termasuk Dino juga tetapi bukan jenis kadal ,bro. lebih detailnya Dino pengerat.

“Penulis” Awas lo om boy, nanti koe tak tenggak sekalian.

*”Pemirsa” udeh terusin ono ceritanya, daripada setop didepan pintu lebih baik setop didepan rumah janda kaya, baik hati, soleh, rajin belajar dan suka menabung.

Tidak ada komentar: