Kini si kurus
telah hilang dari keramaian dan hirukpikuk kerabat yang merindukanya. ia kini
tidak tahu sedang berada dimana, tetapi pandangan gelap gulita kini sudah mulai
membuka sinar, ternyata kini si pemuda telah berada diatas sebuah tanah tandus
tak bertuan, dengan udara terik dam mentari yang membakar hati.
Tapi sekarang
sudah berbeda, Dari atas ketinggian batas tanah tandus berbatu putih, udaranya
tak lagi menyengat tetapi udaranya kini meresap dan menembus kulit. Putihnya nampak
sangat banyak sekali, tubuh si Kurus kini berada di atas selendang hijau mereka
melitasi ural yakni pinggiran pegunungan putih.
Terlihat ada sedikit celah di bawah datarah
putih, selendang hijau mulai memperlambat lajunya, kami memasuki gua kristal
putih yang terbuat dari uap, semakin dalam semakin gelap rupanya, gelang biru
yang berada di tangan si pemuda langsung memberikan perlawanan, cahayanya mulai
berkilau biru bagaikan laser yang menyala-nyala, dan terangnya mengalahkan
lampion utara.
Semua jalan sudah
terlihat kembali, si kurus menembus lorong yang dalam terhenti pada jalan
buntu. Nampaknya tidak ada jalan keluar lain berada disini, disaat hendak
keluar memutar sinar biru yang menerangi jalan itu, menampakan seseorang putri
beku dari dalam kristal uap yang bening. Cahaya biru memantul tak beraturan,
dia memegangi kaca yang menyimpan kelap kelip senyum abadi.
Ia jelas seorang
wanita yang sangat cantik, mengenaikan gaun putih dengan rambut panjang terurai
hitam, ia juga mengenakan sebuah kalung merah berlian, ia beku dengan senyuman
yang sangat indah, ia sangat cantik dan sangat ajaib, mungkin karena sangat
lama berada didalam gelap sedangkan tubuhnya dibekukan oleh kristal air ini.
Tetapi kenapa ia
beku didalam lorong gelap yang tak berpenghuni.?
Selendang hijau
seakan sangat cekatan, ia bergerak lincah, menggulung kristal cahaya. hingga
kotak kubus persegi itu mencair dan mengeluarkan tubuh dewi yang terkurung.“Ya
kristal beku tersebut sudah cair,”lihat si kurus.
Selendang hijau
membaringkanya, si kurus mulai mendekati memerhatikan dan melihat pesona indah
yang terpancar dari dewi beku ini. Tubuhnya sangat keras, dingin dia tidak
bernapas, tetapi kalung merah itu terus menyala seiring gelang biru yang
memantul menembus kedalam kalung merah.
Tubuh si dewi
mulai berembun kepulan uap mulai menutupinya, ruangan semula yang dingin, kini
sangat terasa hangat sehingga ikut mencairkan seperempat ornamen duri ruangan
kristal cair. Si Kurus semakin takut apa yang terjadi, semoga ini tidak
berlangsung lama, batuk-batuk kecil terdengar dari arah tubuh sang putri,
ternyata batu merah itu sudah membangkitkanya dari tidur panjang.
Si Kurus mundur
beberap drap langkah, mencoba untuk menghidar tetapi selendang hijau terus
semakin mmnggulung dan menyelimutinya, embun uap itu semakin tebal mengepul
dari bungkusan selendang hijau. cahaya merah itu mengalahkan gulungan selendang
hijau, ia membuat semua ruangan hampir menyala merah. Gelang biru seakan tak
ingin kalah, pantulan cahanyanya semakin menguat.
Ia membiru terang
melebihi dari biasanya, perpaduan merah, biru ini membuat mata semakin silau.
Si Kurus tak sadar sang putri sudah berdiri dan keluar dari balik cahaya yang
semakin memudar. Ia berjalan menuju kepada si kurus.
Ia
memperkenalakan dirinya dengan logat yang kurang dipahami, bahasanya
kemungkinan bersal dari jaman orang-orang terdahulu. “Somaya,,,,Somaya,,,Somaya,,”sambil
menujukan dirinya.
Lalu cahaya biru
mulai terang kembali dalam sekejab dan menyilaukan mata, Si kurus berusaha
menutupinya, penglihatannya semakin mengembun seiring sosok entah putri mana
didepanya. Tiba-tiba suara itu memanggil, seolah mengerti apa yang dia
ucapkan.”Somaya,, somaya,,,aku sudah menepati janjiku,,,, padamu,”katanya
sambil tersenyum.
Lalu ia
mengisaratkan agar si Kurus Melintas kearah mentari terbenam, ada seuatu di
sana mereka saat ini sedang menunggu, perjalanan ini masih sangat panjang, ia
mengusap wajah lalu memberikan senyuman indah. ia melepaskan dan memberikan
selendang hijau agar segera terbang melintasi ural.
Tak seperti
wanita sebelumnya yang dijumpai ternyata ia memang sangat dingin dan membiarkan
pergi begitu cepat, padahal si kurus sangat ingin bercerita banyak dan masih banyak
pertanyaan yang belum ditanyakan kepada dewi muda ini.
lalu timbul dalam
benak si Kurus, kenapa aku mesti berada ditempat seperti ini, ia tanyakan
kepada si hijau kenapa ini mesti terjadi. Tanggap cepat si hijau membalas. ”Aku
hanya mengantar tuan untuk bertemu orang suci, ia sudah menanti di tegah
hembusan pasir yang berair yang terbakar mentari. Tuan harus segera pulih,
sebaiknya kita membasahi diri agar mendapat kekuatan sejenak di bawah bukit
berbuku buku ini”
pergerakan mereka
melambat berhenti diantara lima batang pohon kurma, ada sedikit genangan air
yang tidak jauh dari batangnya, mereka turun dan mencari dimana sumber air itu,
rupanya selendang hijau sudah tahu memang ada sebuah sumur dibelakang bukit.
Airnya bening, sejuk dan melegahkan dahaga, semua tubuh dan selendang bisa
dibasahi. Beberapa tandan kurma yang berbuah, cukup memberikan kekuatan. Manis
saripatinya sangat lezat ditambah minuman oase dibawah batu berbukit berdebu.
Setelah luas
tenggorokan yang melipat-lipat dan para batang menyuguhi kebutuhan tenaga, misi
perjalanan tetap terus berlanjut, selendang hijau sudah melayang membentang
naik tinggi ke atas awan, lalu ia kembali menukik kebawah di tengah gurun pasir
tandus yang tak bertuan. Nampak ada seoarang yang tak pernah kukenal, ia
mengenakan pakaian sederhana seperti orang-orang pengembara, kainya berwarna
kusam kecoklat-coklatan.
Selendang hijau
terhenti membelakangi seseorang yang tidak dikenal, setelah aku berdiri keluar
dari cerobong hijau, orang yang berdiri itu langsung menjuk arah didepanya,
sambil mengatakan sesuatu yang tidak aku pahami. “Itu lah makamnya, didepanya
ada ural, didepanya lagi ada tamam, didepanya lagi ada cahaya. Terlalu sulit
melewati badai, kau harus siap terlebih dahulu,” katanya menoleh kearahku.
Ia
memperkenalakan dirinya yang berasal dari negri terbuang, dimana semua orang
saling bunuh dan mematahkan hati, ia mengaku melarikan diri ke perasingan,
masuk menembus hingga ketengah badai, semua pemburu sudah memburunya sejak
awal, tetapi ia selamat berkat tekat baja yang melekat, orang ini membawa asa
hingga ke tanah berdebu, mengundi nasib hingga berada ditanah pasir tak bertuan.
Tetapi sayang ia
tak mampu melintasi badai, kakinya bengkak termakan mentari, wajahnya
mengering, bibirnya pecah tak lembab semanis impian yang dipertaruhkan. Aku memandangnya sekilas,
wajahnya masih terlihat sangat muda, cantik tetapi sedikit kurus, tubuhnya
lemah, rambutnya sedikit kecoklat-coklatan bercampur merah api, sedikit lurus
dan bergelombang. Matanya bercorak biru tajam, Zialivinska Ia perkenalkan
namanya.
Ia berkisah
hidupnya dahulu berjuang melawan maut yang berpadu asa, mencari tetesan harmoni
sungai kedamaian, embun kegembiraan dan kebebasan nurani. Ia mengaku tak
sanggup mencapai puncak, hingga saat ini ia berdiam disini, tertanam dibawah
debu dan desir pasir yang di timpa mentari.
Gadis ini juga
berpesan kepada si muda kelana agar selalu mensyukuri sega sesuatu yang ai
miliki.
”Apa yang engkau
dapatkan jagalah, apa yang kamu lihat secara baik, itulah milikmu besok
sebaik-baiknya. Tidaklah ada kata berhenti, teruslah berjalan, pejalanan ini
masih terlalu panjang. Katakanlah kebenaran dengan benar. Banyak orang-orang
yang mengatakan kamu bohong, lebih baik kamu diam dan jangan ikuti mereka.
Berilah minuman terhadap orang yang kehausan, berilah mereka yang lapar makanan
pakaikan kepada mereka pakaian yang engkau punya. Jadilah engkau selembut air,
jangan pernah sepanas mentari, kau tak boleh setajam mentari sengatanya sudah
mebuatku hatiku luka,” ungkapnya memalingkan wajahnya yang rupawan ke bahu
kanan sambil memeluk pemuda kurus dengan erat.
Aku tak tahu ada
apa sebenarnya yang terjadi kenapa perempuan ini berprilaku seolah sudah
mengenalku sangat lama, padahal aku baru mengenalnya kali ini, kenapa ini,
kenapa...?
Lama hangat
pelukan ini masih melekat, belaian demi belaian kerisauan hati terus ia
tumpahkan, getar tubuhnya semakin kuat berpaut, seolah mencari pelampiasan
kerinduan yang teramat dalam. Putaran elang berserta deru pasir mulai berdesir,
anginya semakin kuat menghantam, bunyinya tak lagi mendesir, Zialivinska
semakin erat memeluk ia tak ingin dipisahkan waktu.”Katakan kau akan
kembali,,,tolonglah kau katakan akan kembali,,,lagi.”teriaknya sambil
membendung air mata yang diusap.
Aku hanya masih
tertegun dan berusaha mengiyakan apa yang menjadi keinginanya.”Iya aku tak akan
melupakanmu, kau tetap disini, aku akan menemanimu, aku tak melupakan mu, aku
tak akan melupakanmu,”ucap Si kurus sambil mengusap punggungnya yang kurus
berbalut tudung coklat kusam itu.
Ia kembali
mengingatkanku. “Sekarang pergilah,,,pergilah,,,disana masih ada impian yang
menunggumu,,,”katanya didalam pelukanku.
Ia melepaskan
pelukan eratnya, sedikit tersenyum dan mengusap air matanya. kembali ia
memeluku dan berkata, ”Aku sudah benar-benar menepati janji ini, aku sudah
sangat lama menunggu ini,”aku lihat ia seakan legah lelap didalam pelukan.
Disana kau akan
menemukan mentari yang tenggelam, banyak yang mesti kau lakukan disana, disana,
disana dan bertanyalah disana. Sampaikan salamku pada mereka, mereka akan
menanyakan ku. dan katakanlah kepada mereka aku sudah menemukanya, aku sudah
menepatinya, sekarang tidak ada lagi perjanjian. asaku terbalas sudah, kau akan
menemukanku disana.
Zialivinska
berjalan dan menghilang bersama deru pasir yang berputar. Kau tak tahu harus
bagaimana. Tetapi aku akan melakukan apa yang ia katakan, kau tahu ia sangat
tulus dan tak nampak keraguan serta sedikitpun kebohongan di matanya. aku
yankin ini sangat kuat, aku harus pergi kesana dan melakukan apa katanya.
Selendang hijau
sudah mulai terbentang dan mulai siap untuk berkibar, ia melesat jauh dan
melintasi semua gerusan badai pasir yang berputar, lepas sudah kerisauan hati,
aku sudah berda diatas angin dan berusaha mencapai tempat yang ditujukan
Zilivinska.
Hangat pelukan
zialivinska yang terbakar masih bisa aku rasakan, hangatnya masih melekat kuat,
seolah menyatu didalam jiwa, pelukanya semakin menguatkan hati ini. Seperti
hati-hati pejuang Nazaret yang sesungguhnya, cinta kasih dan ketulusan semua
menyatu didalam pelukan.
PENULIS: Sesuatu pengalaman spritual merupakan makna
tersebunyi yang berada didalam perjalanan hidup anda, semua yang indah dan
semua yang hebat akan berakhir didalam sebuah perjalanan, meskipun kita telah
mendapatkan sesuatu yang menyenangkan tetapi sesuatu itu akan mulai menjauh
karena perjalanan ini masih terus berlanjut.
Waktu memang selalu berputar, ketika anda berada titik puncak
berarti itu merupakan titik nol anda untuk memulainya perjalanan meuju puncak
selanjutnya.
Yang pasti anda betapapun panasnya perjalanan dan betapa
dinginya seluruh hasil usaha anda, kita selalu membutuhkan motivasi dan
kehangatan kebersamaan.
Untuk menjadikan harapan sebagai kesuksesan, kita harus
mempunyai perjanjian dengan diri pribadi. Anda harus mengatakan ya, pada setiap
kesempatan yang berada didepan anda. Anda tidak boleh mengatakan tidak, pada kesempatan
anda meskipun itu hanya sebuah panggilan dari ponsel genggam anda.
Semua keinginan anda dapat terwujud dengan usaha untuk
mendapatkanya, bukalah diri kita dengan mengatakn ya, segera kengerjakan itu
dengan tanpa penolakan.
Break Sesion. 3
“Penulis”
Huhuh owe lagi pusing beneran, duit kagak ada, temen nyebelin semua, mau keluar
rumah malesnya bukan lagi minta ampun tapi sekarang udah sampe minta maaf. Oi
pembaca pinjemin dong owe duit nich, ntar kalo lebaran nanti owe balikin
dachhh.
*”Pemirsa”
wuih gaya lo mas bro, mau pinjem, napa kagak minta aja sekalian, jangankan mau
pulangin tuh pinjeman, pinjeman kemaren-kemaren aja kagak pernah dibalikin,
mangkanya kalo kerja jangan setengah tiang, udeh sono nulis lag, jangan
setengah-setengah ceritanya.
“Penulis”
Bukan setengah tiang om boy, owe lagi BT nich, coba dihibur dikit napa, apa owe
makan nich tulisan.
*”Pemirsa”
Woi, lo BT apa busung lapar, napa jadi mau makan-makan nich buku, sana cari
makanan lain aja, daun pintu kek lo makan, kalo gak kubah mesjid aja lo
tenggak.
“Penulis”
Prettttt emang owe Dino apa segala dimakan.
*”Pemirsa”
Hehehehehehh lo apan termasuk Dino juga tetapi bukan jenis kadal ,bro. lebih
detailnya Dino pengerat.
“Penulis”
Awas lo om boy, nanti koe tak tenggak sekalian.
*”Pemirsa”
udeh terusin ono ceritanya, daripada setop didepan pintu lebih baik setop
didepan rumah janda kaya, baik hati, soleh, rajin belajar dan suka menabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar