Minggu, 24 November 2013

*Diambang Batas Keyakinan



Kecupan selaput lembut mega yang berputar-putar mengelilingi sekujur tubuh ini, semakin membuatku gusar. Tidak ada awan maupun matahari merah yang ku nanti, semua sudah hilang tersapu oleh sinar yang datang, entah darimana asalnya, Aku ingin kembali meraih mimpi yang hampir terlupakan ini. Tetapi apalah daya kemampuan tak sepadan dengan pengetahuan yang sedikit lebih banyak terdampar.

Aku mencoba mencari metoda mana yang bisa aku terapkan, seperti anak kunci yang sedang mencocokan lubang satu persatu. Sudah delapan anak kunci yang patah tetapi hingga kini pintu itu tetap belum terbuka. Kepalaku pecah remuk redam seperti mengadu. Semua cairan didalam benak ini sudah busuk dan menimbukan luka bernanah dan tidak aku inginkan, mereka berkutat menggali perasaan bercampur peluh.

Belatung-belatung hitam itu bengkak, mereka mulai menggrogoti pikiranku, mereka sangat mengganggu. Selain tidak membuatku bergerak mereka juga sudah menimbulkan sugesti tentang gegelisahan yang terpendam.

Aku ingin mencari sebuah obat mujarab, mereka bilang padaku sangat sulit untuk ditemukan. Sedangkan aku sudah tidak tahan lagi. Ulat-ulat hitam ini sudah bernanah, mereka mulai menguruskan badanku. Aku hanya bisa terbaring terbelalak, menatap langit impian di ruang gelap bersama si biru. Kami selalu berharap sang rembulan masih tersenyum membuka ruang dimensi untuk berjumpa kembali.

Ini merupakan kisah terpendam akan suatu keadaan maupun kenyataan alami, kenaturalan perasaan dan intuisi. ketika sebuah keyakinan dibenturkan dengan ketetapan. Hanya tinggal kenangan dan keiklasan yang mampu mengiringi kita untuk menghadapi kondisi diambang batas."Lacur, aku benci penghianat" (baqor el Qornain).

Kisah ini sebagain dari memori terpendam yang di bumbuhi realita, beratnya suatu perpisahan seolah menjadi jurang maupun pembatas untuk sebagaian orang melintas. Bukalah fantasi maupun ilusi ini merupakan debu-debu jalanan dan hanya sebagain tragedi.

Ada banyak rasa terpendam didalam jiwa ini, baik itu kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, kehampaan bahkan perjuangan untuk menggapai impian. semua itu merupakan polemik yang harus kita hadapi semua, karena kita masih bersifat hidup, bergerak dan tidak hanya diam disuatu tempat.

Sikurus masih tak bergerak ia tetap bernapas dan mengingat berbagai kisah dari bermacam teman karibnya. Ia terlalu meresap mendalam seoalah membuka lembaran hidup satu persatu.

Tidak ada komentar: